Senin, 29 Oktober 2012

Ca mamae

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN CA MAMMAE



A.    Pengertian
Karsinoma mamma adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla mamma. (Lab. UPF Bedah RSDS, 1984)

B.    Faktor predisposisi
Beberapa factor risiko pada karsinoma mammae dalam kalangan oncologist (Muchlis Ramli, dkk, 2000)  di antaranya :
1.    Umur > 30 tahun, bertambah besar sampai usia 50 tahun dan setelah menopause
2.    tidak kawin/nulipara setelah 35 tahun risikonya 2 kali lebih besar
3.    anak pertama   lahir serelah usia 35 tahun
4.    menarche kurang aari 12 tahun risikonya 1,7-3,4 kali lebih tinggi dari pada wanita dengan menarche yang dating pada suia normal atau lebih dari 12 tahun.
5.    menopause dating terlambat lebih dari 55 tahun, risikonya 2,5-5 kali lebih tinggi
6.    pernah mengalami infeksi, trauma atau operasi tumor jinak payudara risikonya 3-9 kali lebih besar
7.    adanya kanker payudara kontralateral, risikonya 3-9 kali lebih besar
8.    pernah mengalami operasi ginekologis-tumor ovarium, riskonya 3-4 kali lebih intggi
9.    radiasi dinding dada risikonya 2-3 kali lebih besar
10.    riwaya tkeluarga ada yang menderita kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan, adik/kakak, risikonya 2-3 kali lebih tinggi.
11.    kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara  jinak seperti kelainan fibrokistik yang ganas akan meningkatkan risiko untuk mendapat kanker payudara 11 kali lebih tinggi.


C.    Gejala klinis
Keluhan penderita kanker payudara (Lab. UPF Bedah RSDS, 1984):
1.    Mungkin tidak ada
2.    tumor mammae umumny atidak nyeri
3.    ulkus/perdarahan dari ulkus
4.    erosi putting susu
5.    perdarahan.keluar cairan dari putting susu
6.    nyeri pada payudara
7.    kelainan bentuk payu dara
8.    keluhan karena metastase
Gambaran klinis kanker mammae yang khas pada usia 35 tahun/lebih (Lab. UPF Bedah RSDS, 1984) :
1.    Tumbuh progresif
2.    invasi atau nekrose
a.    Batas tak jelas
b.    Bentuk tidak teratur
c.    Mobilitas terbatas
d.    Retraksi kulit/papil
e.    Eritem kulit
f.    Peaue d’orange    g.    nodul satelit
h.    ulkus
i.    tumor melekat dengan “
-    kulit
-    m. pektoralis
-    dinding thoraks

3.    Mengadakan metastase
1.    Regional
a.    pembesaran kel;enjar linfe aksila
b.    pembesaran kelenjar limfe mammaria interna
2.    Organ jauh

tubercolusis

Tubercolusis


A.    Definisi :
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Microbakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberkulosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansyur, 2000).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Brunes & Suddat, 2003 : hal 584).
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah yang menyerang jaringan paru atau parenkim paru oleh hasil mycobakterium tuberculosis, dapat mengenai hampir semua organ tubuh (meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe, dan lain-lain) dengan lokasi terbanyak di paru, yang biasanya merupakan lokasi primer.

B.    Etiologi
Penyakit ini adalah bakteri kompleks mycobacterium tuberkulosis. Dengan ukuran panjang 1-4 per mm dan tebal 0,3-0,6 per mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak atau (lipit). Lipit inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini bersifat aerob. Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman.

Senin, 08 Oktober 2012

Ca laring

Askep Ca Laring




I. Konsep Dasar Medis
A. Pengertian
     Secara anatomi tumor laring dibagi atas tiga bagian yaitu supra glotik: tumor pada plika ventrikularis, aritenoid, epiglottis dan sinus piriformis; Glotis: tumor pada korda vokalis; Subglotis: tumor dibawah korda vokalis.

B. Anatomi
     Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilappisi oleh membran mukosa yang bersilia. Gerakan silia mendorong lapisan muskus ke posterior di dalam rongga hidung, dan reseptor di dalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring.
Udara mengalir dari faring menuju ke laring atau kotak suara. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glofis. Glofis merupakan saluran yang memisahkan antara saluran pernafasan atas dan bawah. Meskipun laring terutama dianggap berhubungan dengan forasi, tetapi fungsinya sebagai organ pelindung jauh lebih penting.
     Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas, penutupan glottis, dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari epiglottis yang berbentuka daun, berperan untuk mengantarkan makanan dan minuman masuk ke dalam esophagus. Namun jika tiada benda asing masih mampu masuk melampaui glottis, maka laring yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda dan secret keluar dari saluran pernafasan bagian bawah.




C. Etiologi
     Kanker laring mewakili 1% dari semua kanker dan terjadi lebih sering pada pria, faktor-faktor penyebabnya adalah:
         1. Tembakau
         2. Alkohol dan efek kombinasinya
         3. Laringitis kronis
         4. Pemajanan industrial terhadap karsinogen
         5. Defisiensi nutrisi (riboflavin)
         6. Predisposisi keluarga


D. Patofisiologi
     Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan. Terutama neoplasma laryngeal, 95% adalah karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase ke arah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglottis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi. Tumor superglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.

E. Manifestasi
     1. Sesak terjadi pada awal dan di area glotis
     2. Nyeri dan rasa terbakar pada tenggorok ketika minum cairan panas dan jus jeruk
     3. Mungkin teraba benjolan di leher
     4. Gejala-gejala akhir termasuk disfagia, dispnea, sesak dan nafas bau
     5. Pembesaran nodus servikal, penurunan BB, debilitas umum dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat menandakan adanya metastasis (transfer penyakit dari satu organ ke organ lain).

F. Tes Diagnostik
     Pada karsinoma laring, dilakukan pemeriksaaan larigoskopik langsung di bawah anestesi umum.Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi langsung dapat menunjukan tumor dengan jelas. Tempat yang sering timbul tumor dapat dilihat pada gambar. Sinar-X dada, scan tulang, untuk mengidentifikasi kemungkinan metaphase. darah lengkap, dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum. Laringografi dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh limfe, kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsy pada tumor.Gigi yang berlubang sebaiknya dicabut pada saat yang sama.




G. Penatalaksanaan
     Pengobatan bervariasi tergantung pada kemajuan malignasi, pilihannya termasuk terapi radiasi dan pembedahan.
     1. Pemeriksaan gigi lengkap untuk menyingkirkan penyakit gigi
     2. Masalah-masalah gigi harus dibereskan sebelum pembedahan
     3. Terapi radiasi mencapai hasil yang sangat baik jika hanya satu sisi pita suara yang terkena
     4. Laringektomi parsial dianjurkan pada tahap dini, terutama pada kanker laring intrinsik
     5. Laringektomi supraglofik (horizontal) digunakan untuk beberapa tumor ekstrinsik, keuntungan utama operasi ini adalah pemulihan suara
     6. Laringektomi henivertikal dilakukan jika tumor sudah menjalar melebihi pita suara, tetapi kurang dari 1 cm dalam area subglotis
     7. Laringektomi total untuk kanker ekstrinsik (menjalar melebihi pita suara). Pasien akan mengalami kehilangan pita suara, tetapi akan mempunyai kemampuan menelan normal.


II. Konsep Dasar Keperawatan
A Pengkajian
     1. Integritas Ego
     Gejala : Perasaan takut akan kehilangan suara, mati, terjadi atau berulangnya kanker, kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
     Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak operasi.

     2. Makanan atau cairan
     Gejala : Kesulitan menelan
     Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang menetap, bengkak, luka, inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk, pembengkakan lidah dan gangguan gag reflek.

     3. Higiene
     Tanda : Kemunduran kebersihan gigi, kebutuhan bantuan perawatan dasar

     4. Neurosensori
     Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian
     Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular), parau menetap atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik), kesulitan menelan, kerusakan membran mukosa.


     5. Nyeri atau Kenyamanan
     Gejala : Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok, penyebaran nyeri ke telinga, nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase), nyeri atau rasa terbakar dengan pembengkakan (khususnya dengan cairan panas), nyeri local pada orofaring.
Pascaoperasi : Sakit tenggorok atau mulut
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, nyeri wajah dan gangguan tonus otot.

     6. Pernafasan
     Gejala : Riwayat merokok atau mengunyah tembakau, bekerja dengan debu, serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit paru.Batuk dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe (lanjut) dan stridor

     7. Keamanan
     Gejala : Terpajan sinar matahri berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi, perubahan penglihatan atau pendengaran.
Tanda : Massa atau pembesaran nodul.

     8. Interaksi sosial
     Gejala : Masalah tentang kemampuan berkomunikasi, dan bergabung dalam interaksi sosial.
Tanda : Parau menetap, perubahan tinggi suara, bicara kacau, enggan untuk berbicara, dan menolak orang lain untuk memberikan perawatan atau terlibat dalam rehabilitasi.




B. Diagnosa Keperawatan

     1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernafas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental
     Batasan Karakteristik: sulit bernafas, perubahan pada frekuensi atau kedalaman pernafasan, penggunaan aksesoris pernafasan, bunyi nafas tidak normal, sianosis.
     Tujuan: Klien akan mempertahankan jalan nafas tetap terbuka.
     Kriteria Hasil: Bunyi nafas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis, frekuensi nafas normal.

     2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan deficit anatomi (pengangkatan batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
     Batasan Karakteristik: Ketidakmampuan berbicara, perubahan pada karakteristik suara.
     Tujuan: Komunikasi klien akan efektif.
     Kriteria Hasil: Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat setelah sembuh

     3. Kerusakan kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai darah, pembentukan edema dan pengumpulan atau drainase secret terus menerus.
     Batasan Karakteristik: Kerusakan permukaan kulit atau jaringan, kerusakan lapisan kulit atau jaringan.
     Tujuan: Menunjukan waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplik
     Kriteria Hasil: Intergritas kulit dan jaringan sembuh tanpa komplikasi

                      CA.NASOFARING

I. Konsep Dasar Medis
A. Pengertian
     Karsinoma faring merupakan tumor ganas yang tumbuh didaerah nasofaring dengan predileksi di fossa rossenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa (Effiaty, 2001).
Tumor ganas nasofaring ( karsinoma faring) adalah sejenis kanker yang dapat menyerang dan membahayakan jaringan yang sehat dan bagian-bagian organ tubuh kita.


B. Etiologi
     1. Pertumbuhan sel kanker yang tidak terkontrol
     2. Keturunan/genetic
     3. Lingkungan
     4. Virus

C. Patofisiologi
     Terbukti juga infeksi virus Epstein Barr dapat menyebabkan karsinoma nasofaring. Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai adanya keberadaan protein-protein laten pada penderita karsinoma nasofaring. Pada penderita ini sel yang teerinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protein tertentu yang berfungsi untuk proses poliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus didalam sel host. Protein laten ini dapat dipakai sebagai pertanda delam mendiagnosa karsinoma nasofaring.Terdapat lima stadium pada karsinoma nasofaring, yaitu:
     1. Stadium 0: sel-sel kanker masih berada dalam batas nasofaring, biasa disebut nasopharynx in  situ
     2. Stadium 1: Sel kanker menyebar di bagian nasofaring
     3. Stadium 2: Sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasofaring ke rongga hidung. atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu sisi leher
     4. Stadium 3: Kanker ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua sisi leher
     5. Stadium 4: Kanker ini sudah menyebar di saraf dan tulang sekitar wajah

HIPERTENSI

HIPERTENSI


A.    Latar Belakang

Tekanan darah tinggi yang disebut hipertensi sudah sangat umum para penderita umumnya tidak menyadari bahwa merekan menderita hipertensi. Tetapi bila dibiarkan tanpa perawatan maka itu akan menimbulkan kerumitan yang membahayakan. Orang yang berusia lima puluhan adalah masa usia penuh dengan resiko. Oleh sebab itu perlu pengontrolan tekanan darah untuk penanggulangan lebih dini sehingga tidak berlanjut pada komplikasi yang lebih parah.
Hipertensi adalah masalah yang umum karena banyak orang yang menderita walaupun mereka tidak mengetahui sama sekali.
Masalah yang dihadapi pada diagnosa yang agak  dini adalah gejala-gejala yang tidak nyata pada umunya. Kelilahatannya mengherankan tetapi demikianlah kenyataannya dan hal ini telah ditemukan diberbagai negara barat. Di Australia  agak tinggi presentase penderita hipertensi. Sekalipun ada 10 % penderita hipertensi dari antara kelompok usia lima puluh sampai lima puluh sembilan tahun, hal itu tidak ditemukan sebelumnya. Tekanan darah mereka diatas 110 diastolik.
Ini menunjukkan bahwa penyakit yang parah boleh saja tidak diketahui ditengah tengah masyarakat, dapat pula melumpuhkan kesehatan  dan dapat menimbulkan masalah yang berat tetapi penderita tidak mengetahui samasekali mengenai apa yang terjadi. Sering sudah terlambat dan berkomplikasi barulah diketahui penyebab utamanya.
Itulah sebabnya sekarang orang mengetahui bahwa hipertensi itu penyakit yang mempunyai bermacam-macam tingkat sedangkan keadaan yang parah memerlukan pengetahuan yang agak dini supaya segera mendapatkan perhatian dan perawatan.
Sudah ditemukan bukti yang cukup yang menyatakan bahwa perawatan yang tepat akan mengurangi jumlah kematian dan hal-hal mengerikan akibat komplikasi dari hipertensi yaitu stroke, penyakit jantung dan ginjal.


B.    Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambran nyata atau informasi tentang asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi.
2.    Tujuan Kusus
a.    Mampu melakukan pengkajian pada pasien hipertensi.
b.    Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien Hipertensi.
c.    Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Hipertensi.
d.    Mampu melakukan evaluasi keperawatan pasa pasien Hipertensi.
C.    Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam laporan kasus dengan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan study dokumentasi.


















BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Landasan Teori
Defenisi Hipertensi
Sampai saat ini belum ada definisi yang tepat mengenai hipertensi, oleh karena tidak ada batasan yang jelas yang membedakan antara hipertensi dan normotensi. Namun bukti menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah akan meningkatkan mortalitas dan mordibitas.  Secara teoritis, hipertensi sebagai suatu tingkat tekanan darah, dimana komplikasi yang mungkin timbul menjadi nyata. Ada beberapa beberapa pendapat lain yang berusaha untuk menjelaskan definisi hipertensi, diantarannya :
a.    Hipertensi didefinisikan oleh “joint national committee on detection, evaluation and treatment of high blood pressure (JNC)” sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikatagorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologis yang dapat dikenali seringkali dapat diperbaiki.
b.    Definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik  ≥140 mmHg dan tekanan darah diasatolik ≥90 mmHg, atau bila pasien obat antihipertensi. (Kapita Selecta Kedokteran ,2001, hal.518).
c.    Menurut WHO, hipertensi adalah kenaikan tekanan darah diatas atau sama 160/95 mmHg.
d.    Menurut Kaplan, Kaplan mendefinisikan hipertensi berdasarkan  atas perbedaan usia dan jenis kelamin :
1.    Pria usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu berbaring diatas atau sama dengan 130/90 mmHg.
2.    Pria usia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya diatas 145/95 mmHg.
3.    Pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan 160/95 mmHg dinyatakan hipertensi. 

Etiologi
Menurut penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
1.    Hipertensi Primer atau Esensial.
Hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi Taropatik terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak factor yang mempengaruhi seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis, sistim rennin angiostensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca Intraseluler dan factor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alcohol, merokok serta polisetemia.
2.    Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal
Hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya dan biasnya disertai keluhan atau gejala-gejala dari penyakit yang menyebabkan hipertensi tersebut. Penyakit yang dapat menyebabkan hipertensi ini misalnya :
a. Kelainan Hormon
1.    Pil KB: kontrasepsi oral yang mengandung estrogen menyebabkan peningkatan angiostensinogen dan kemudian akan meningkatkan angiostensin II. Peningkatan angiostensin II ini juga dirangsang oleh pengeluaran rennin akibart peningkatan stimulasi syaraf simpatis. Akibat peningkatan angiostensin II ada 2 hal yaitu : aspek konstriktor arteriola perifer dan peningkatan sekresi aldosteron yang mengakibatkan reasorbsi Na dan air.
2.    Neokromositoma/Tumor Medulla Adrenal atau jaringan pensekresi ketoalamin di bagian lain tubuh: tumor ini mensekresi epinefrin yang menyebabkan kadar glukosa plasma dan tingkat metabolisme meningkat sehinngga memungkinkan terjadinya hipertensi.
3.    Sindrom Chusing, hipertensi pada penyakit ini diakibatkan oleh peningkatan ACSH yang kemudian merangsang peningkatan glukortikod (kortisol) sehingga menyebabkan glukonegenesis dan perubahan dalam distribusi jaringan adipose. Dua hal tersebut meningkatkan obesitas.
b. Penyakit Metabolic
Diabetes mellitus : pada DM terjadi netropati diabetic mikroangiopati   diabetic sehingga mengakibatkan nefropati diabetic dan disfungsi filtrasi glomerulo.
c. Penyakit Ginjal
1.    Glomerulo nefritis akut : lesi pada glomerulus menyebabkan retensi air dan garam sehingga menyebabkan hipertensi.
2.    penyempitan arteri renalis
d. Lain-Lain
1.    Koarktasio aorta/penyempitan congenital suatu segmen aorta torakalis hal ini meningkatkan resistensi aliran darah aorta sehingga mengakibatkan hipertensi berat.
2.    Pre eklamsia, pada pre eklamsia terjadi retensi pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.

Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul bervariasi, tergantung dari tinggi rendahnya derajat hipertensi. Pada hipertensi esensial dapat berjalan gejala dan pada umumnya baru timbul gejala terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung yang sering dijumpai berupa:
1.    Sakit kepala
2.    Vertigo
3.    Perdarahan retina
4.    Gangguan penglihatan
5.    Proteinuria
6.    Hematuria
7.    Tachhicardi
8.    Palpitasi
9.    Pucat dan mudah lelah

fraktur


FRAKTUR FEMUR



DEFINISI

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan  pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.

Beberapa istilah yang dapat dipakai untuk menjelaskan fraktur :

a. Sudut Patah
1.    Fraktur tranfersal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
2.    Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
3.    Fraktur spiral timbul akibat torsi pada extrimitas.
b. Fraktur Multiple Pada Satu Tulang.
1.    Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah.
2.    Comunited fraktur adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang.
c. Fraktur Impikasi
1.    Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti pada satu vetebra dengan dua vetebra lainnya.
d. Fraktur Patologik
Terjadi pada daerah-daerah tulang yang menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringakali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur semacam ini adalah tumor baik primer ataupun tumor metastasis.
e.   Fraktur Beban Lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktifitas mereka baru diterima untuk berlatih dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang yang baru  memulai latihan lari.
f. Fraktur Greenstick   
Fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Kortek tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga perioteum. Fraktur ini akan akan segera sembuh dan mengalami remodeling kebentuk dan fungsi normal.
g. Fraktur Avulsi
Memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligament. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang diperlukan. Namun bila diduga akan menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang taersebut.
h. Fraktur Sendi
Catatan kusus harus dibuat untuk fraktur yang melibatkan sendi, terutama apabila geometri sendi sendi terganggu secara bermakna jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan osteoatritis pasca trauma progesif pada sendi yang cedera tersebut.

Deskripsi fraktur

Angulasi dan oposisi adalah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur tulang panjang. Derajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang panjang dapat menunjukkan derajat keparahan fraktur dan tipe penatalaksanaan yang yang harus diberikan. Angulasi dijelaskan dengan memperkirakan derajat devisiasi fragmen distal dari sumbu longitudinal normal, menunjukkan apeks dari sudut tersebut. Oposisi menunjukkan tingkat tingkat pergerakan fraktur dari permukaan asalnya dan dipakai untuk menjelaskan seberapakah proporsi satu fragmen tulang yang patah menyentuh permukaan tulang fragmen yang lain.
Tingkatan fraktur
Grade I    : sakit jelas, dan sedikit kerusakan kulit
Grade II    : fraktur terbuka dan sedikit keruakan kulit
Grade III    : banyak sekali jejak kerusakan kulit, otot dan jaringan syaraf, pembuluh darah serta luka sebesar 6-8 cm.              

Fraktur terbuka dan tertutup.

bblr

BBLR


A.    PENGERTIAN BAYI BARU LAHIR
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. (Saifuddin, 2002)
Ciri-ciri bayi normal antara lain sebagai berikut :
a.    Berat badan 2500-4000 gram
b.    Panjang badan 48-52 cm
c.    Lingkar badan 30-38 cm
d.    Lingkar kepala 33-35 cm
e.    Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian menurun sampai 120-160 x/menit.
f.    Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai 40 x/menit.
g.    Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi verniks caeseosa.
h.    Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurna.
i.    Kuku agak panjang dan lemas.
j.    Testis sudah turun (pada anak laki-laki), genitalia labio mayora telah menutupi labia minora (pada anak perempuan).
k.    Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l.    Refleks moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk.
m.    Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka akan menggenggam.
n.    Eliminasi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam, pertama mekonium berwarna kecoklatan. (Saifuddin, 2006)

B.    ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN DI LUAR UTERUS
Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus menurut Maryunani dan Nurhayati (2008) adalah :
a.    Penyesuaian sistim pernapasan
Penyesuaian yang paling kritis dan segera terjadi yang dialami bayi baru lahir adalah sistim pernapasan. Udara harus diganti oleh cairan yang mengisi saluran pernapasan sampai alveoli.
b.    Penyesuaian sistem kardiovaskuler / sistim sirkulasi jantung mulai berdenyut pada minggu ketiga kehamilan. Selama kehidupan janin, jantung mendistribusikan oksigen dan zat nutrisi yang disuplai melalui plasenta. Selama kehidupan janin, darah sebagian besar melalui paru-paru dan hepar melalui duktus, venosus, foramen ovale dan arteriosus.
c.    Penyesuaian sistim termoregulasi
Termogeneses berarti produksi panas. Temprature pada bayi pada saat lahir adalah sekitar 3 derajat lebih tinggi dari ibunya. Namun, pada detik kedua, terdapat penurunan yang tajam pada temprature tubuh yang dikeluarkan melalui konveksi, evaporasi, konduksi dan radiasi.
d.    Penyesuaian gastro intestinal
Sebelum lahir, janin cukup menghisap dan menelan air ketuban. Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.
e.    Penyesuaian sistem kekebalan tubuh
Pada masa awal kehidupan janin, sel-sel yang menyuplai imunitas janin sudah mulai berkembang. Namun sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan. Bayi baru lahir dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibunya. Namun bayi sangat rentan terhadap Mikroorganisme, oleh karena itu bayi rentan terkena infeksi.

C.    ASUHAN BAYI BARU LAHIR 1-24 JAM PERTAMA KELAHIRAN
Tujuan :
Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL yg memerlukan perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan

PENGKAJIAN

a.    Pemantauan Bayi Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
1.    Dua jam Pertama Setelah Lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi:
i.    Kemampuan menghisap kuat atau lemah
ii.    Bayi tampak aktif atau lunglai
iii.    Bayi kemerahan atau biru
2.    Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya, penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada atau tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti :
i.    Bayi kecil untuk masa kehamilan bayi kurang bulan
ii.    Gangguan pernapasan
iii.    Hipotermia
iv.    Infeksi
v.    Cacat bawaan dan trauma lahir

b.    Penilaian Awal
Biasanya untuk mengevaluasi bayi baru lahir pada menit pertama dan menit kelima setelah kelahirannya menggunakan sistim APGAR. Nilai APGAR akan membantu dalam, menentukan tingkat keseriusan dari depresi bayi baru lahir yang terjadi serta langkah segera yang akan diambil. Hal yang perlu dinilai antara lain warna kulit bayi, frekuensi jantung reaksi terhadap rangsangan, aktivitas tonus otot, dan pernapasan bayi, masing-masing diberi tanda 0, 1 atau 2. sesuai dengan kondisi bayi.
Klasifikasi klinik :
1. Nilai 7-10 : bayi normal
2. Nilai 4-6 : bayi dengan asfiksia ringan dan sedang
3. Nilai 1-3 : bayi dengan asfiksia berat
APGAR Score

Tanda-tanda    0    1    2
A : Apperience
(warna kulit)     Pucat atau biru     Tubuh merah     Seluruh tubuh merah
P : Puls     Tidak ada     Dibawah 100,     Diatas 100, detak
(frekuensi jantung)     detak jantung     lemah dan lamban     jantung kuat
G : Grimace
(reaksi terhadap
Rangsangan)     Tidak ada respon     Menyeringi atau kecut     Menangis
A : Activity
(tonus otot)     Tidak ada gerakan     Ada sedikit     Seluruh ekstremitas bergerak aktif
R : Respiration
(pernapasan)     Tidak ada     Pernapasan perlahan, bayi terdengar merintih     Menangis kuat

jadwal imunisasi

Jadwal Imunisasi
(Vaksinasi)
Masa Kanak-Kanak


Jika Anak Anda Kehilangan Satu Suntikan
Untuk kebanyakan vaksin-vaksin, adalah tidak pernah telat untuk menyusul ketinggalan pada suntikan-suntikan yang terlewatkan. Anak-anak yang melewatkan suntikan-suntikan mereka pada umur 2 bulan dapat memulai dikemudian. Anak-anak yang telah mendapatkan beberapa dari suntikan-suntikan mereka dan kemudian tertinggal jadwal dapat menyusul ketinggalan tanpa harus memulai dari baru. Jika anda mempunyai anak-anak yang tidak diimunisasi ketika mereka masih bayi-bayi, atau mereka yang tertinggal jadwal, hubungi dokter anda atau klinik departemen kesehatan. Mereka akan membantu anak-anak anda diperbarui pada imunisasi-imunisasi mereka.
(Catatan: Jangan menunda imunisasi-imunisasi anak anda hanya karena anda tahu ia dapat menyusul ketinggalan dikemudian. Setiap bulan anak berlalu tanpa imunisasi-imunisasi yang terjadwal adalah bulan dimana anak tidak terlindung sepenuhnya dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah vaksin).
Kombinasi Vaksin-Vaksin
Kombinasi vaksin adalah lebih dari satu vaksin yang terkandung dalam satu suntikan. Dokter-dokter dan orangtua-orangtua kedua-duanya suka mereka karena mereka mengizinkan anak untuk mendapat beberapa vaksin-vaksin sekaligus tanpa harus mendapat banyak suntikan-suntikan. Beberapa vaksin-vaksin kombinasi telah dalam penggunaan (contohnya, MMR, DTaP, Hib/HepB, DTaP/IPV/HepB), dan lebih banyak sedang dalam perkembangan.
Checklist Vaksinasi
Jarang, anak harus menunggu sebelum mendapat vaksin-vaksin tertentu, atau harus tidak mendapatkan mereka sama sekali. Beritahu dokter atau perawat jika apa saja dari ini belaku pada anak anda pada hari ketika kunjungan imunisasi dijadwalkan.
1.    Apakah anak anda sakit hari ini ? (Lebih dari selesma umum, nyeri telinga, dan lain-lain.)?
2.    Apakah anak anda mempunyai alergi-alergi parah (yang mengancam nyawa) apa saja?
3.    Pernakah anak anda mempunyai reaksi yang parah setelah vaksinasi?
4.    Apakah anak anda mempunyai sistim imun yang lemah (karena penyakit-penyakit seperti kanker atau obat-obat seperti steroids)?
5.    Apakah anak anda telah menerima transfusi atau produk darah lain apa saja baru-baru ini?
6.    Apakah anak anda pernah mempunyai convulsions (kekejangan-kekejangan) atau jenis apa saja dari persoalan sistim syaraf?


Jadwal Imunisasi
(Vaksinasi)
Masa Kanak-Kanak

Vaksin-Vaksin Masa Kanak-Kanak Yang Direkomendasikan Dan Pada Umur Berapa Mereka Harus Diberikan
Vaksin Hepatitis B:
1.    Dosis pertama pada saat kelahiran sampai dua bulan
2.    Dosis kedua pada umur bulan ke 1 sampai bulan ke 4
3.    Dosis ketiga pada umur 6 sampai 18 bulan
Vaksin Hib:
1.    Dosis pertama pada umur 2 bulan
2.    Dosis kedua pada umur 4 bulan
3.    Dosis ketiga pada umur 6 bulan
4.    Dosis keempat pada umur 12 sampai 15 bulan

SAP DDST II

SAP DDST II DAN
THERAPI BERMAIN

I.    Pokok Bahasan        : DDST II
Sub Pokok Bahasan     : DDST II pada anak usia 7-12 bulan
II.    Tujuan            : Memantau tingkat perkembangan anak
III.    Pelaksanaan
Tempat            : Ruang Laboratorium Stikes Muhammadiyah Klaten
Waktu            : Jumat, 13 Januari 2012 selama 35 menit (jam 09.30 s.d 10.05).
Sasaran            : Klien”An. R” umur  9 bulan
IV.    Metode                        :  Bermain bersama
V.    Media                          :

VI.    Pembagian tugas kelompok :
Pemandu    :
Notulis        :
Fasilitator    :
VII.    TUJUAN

Minggu, 07 Oktober 2012

LESI DESAK RUANG (SPACE OCCUPYING LESION / SOL ) pada otak

LESI DESAK RUANG (SPACE OCCUPYING LESION / SOL )

Lesi desak ruang (space occupying lesion/SOL) merupakan lesi yang meluas atau menempati ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma dan abses. Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.
Posisi tumordalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisirlesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium kedalam fossa cranii posterior atau herniasi medulla oblongata dan serebellum melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan diagnose.
Patofisiologi Peningkatan Tekanan Intrakranial
Kranium merupakan kerangka kaku yang berisi tiga komponen: otak, cairan serebrospinal (CSS) dan darah yang masing-masing tidak dapat diperas. Kranium hanya mempunyai sebuah lubang keluar utama yaitu foramen magnum. Ia juga memiliki tentorium yang kaku yang memisahkan hemisfer serebral dari serebelum. Otak tengah terletak pada hiatus dari tentorium.
Sirkulasi cairan serebrospinal
Produksi
CSS diproduksi terutama oleh pleksus khoroid ventrikel lateral, tiga dan empat, dimana ventrikel lateral merupakan bagian terpenting. 70 % CSS diproduksi disini dan 30 % sisanya berasal dari struktur ekstrakhoroidal seperti ependima dan parenkhima otak.
Pleksus khoroid dibentuk oleh invaginasi piamatervaskuler (tela khoroidea) yang membawa lapisan epitel pembungkus dari lapis ependima ventrikel. Pleksus khoroid mempunyaipermukaan yang berupa lipatan-lipatan halus hingga kedua ventrikel lateral memiliki permukaan 40 m2. Mereka terdiri dari jaringan ikat pada pusatnya yang mengandung beberapa jaringan kapiler yang luas dengan lapisan epitel permukaan sel kuboid atau kolumner pendek. Produksi CSS merupakan proses yang kompleks. Beberapa komponenplasma darah melewati dinding kapiler dan epitel khoroid dengan susah payah, lainnya masuk CSS secara difusi dan lainnya melalui bantuan aktifitas metabolik pada sel epitel khoroid.Transport aktif ion ion tertentu (terutama ion sodium) melalui sel epitel, diikuti gerakan pasifair untuk mempertahankan keseimbangan osmotik antara CSS dan plasma darah.