Jumat, 02 November 2012

osteoathritis

OSTEOATHRITIS/OA


A.    DEFINISI

Osteoartritis adalah bentuk radang sendi yang serius, disebabkan peradangan kronis yang bersifat progresif, menyangkut persendian, ditandai adanya rasa sakit dan bengkak pada sendi-sendi terutama pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, dan lutut (www. New merapi.net).
Osteoarthritis (OA) atau penyakit degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat yang tak diketahui penyebabnya (Ilmu Penyakit Dalam, 1999).
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)

B.    ETIOLOGI
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:

a.Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan denganosteoartritis

b.Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
(Long, C Barbara, 1996  hal 336)






C.    MANIFESTASI KLINIS


1.    Mula-mula rasa kaku

2.    Nyeri pada sendi yang terkena
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisikNyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.    Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut bokong sebelah lateril  .    Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya

3.    Krepitasi

4.    Pembesaran sendi (deformitas)
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi. Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
5.    Hambatan gerak sendi

6.    Kaku pagi
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik
7.    Perubahan gaya berjalan
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.




D.    FAKTOR RISIKO

Faktor  resiko mencakup pekerjaan yang membutuhkan aktifitas fisik yang berulang-ulang (seperti terdapat pada beberapa pekerjaan atau atletik tertentu, trauma, peradangan, dan ketidakstabilan sendi, gangguan neurologis, dan kelainan bentuk tulang kongenital/dapatan).
Penyakit utama diturunkan secara autosomal resesif menyebabkan kesalahan dalam pembentukan jaringan ikat sendi, degenerasi, dan hipertrophy tulang atau pertumbuhan tulang berlebih dalam bentuk taji/tonjolan tulang. Ada bebarapa faktor utama dari osteoartritis:
    Umur, jarang pada anak- anak dan paling sering pada umur 40 tahun keatas.
    Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut, laki-laki lebih sering terkena osteoartiritis paha, pergelangan tangan, dan leher. Pada usia setelah menopouse frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada wanita dari pada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal.
    Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan ikut berperan dalam timbulnya kecenderungan familiar pada osteoartrhritis tertentu.
    Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pada laki-laki.
    Penyakit metabolik
Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan antara osteoarthritis dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara osteoarthritis dengan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus dan hipertensi. Osteoarthritis ternyata mempunyai resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi dari pada orang-orang tanpa osteoarthritis.  
    Cidera sendi, aktivitas dan olah raga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus (misal tukang pahat) berkaitan dengan peningkatan resiko osteoarthritis tertentu. Demikian juga cidera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan cidera sendi berkaitan dengan resiko osteoarthritis yang lebih tinggi. Beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai predisposisi osteoarthritis dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya osteoarthritis.
    Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya osteoarthritis paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada banyaknya osteoarthritis paha pada laki-laki dan ras tertentu.
    Suku bangsa
Osteoarthritis lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

















E.    PATOFISIOLOGIS

Osteoarthritis merupakan penyakit reumatik sendi yang paling banyak dijumpai. Terutama pada orang-orang di atas 40 tahun. Penyakit ini dapat melumpuhkan dan biasanya memburuk sejalan dengan pertambahan usia mulai dari tidak berfungsinya jari sampai problem paha dan lutut yang amat hebat.
    Selain itu obesitas memiliki kaitan dengan osteoarthritis sendi lutut pada wanita. Hal ini terjadi akibat stres mekanis tambahan dan ketidaksejajaran sendi lutut terhadap bagian tubuh lainnya namun obesitas dapat memberikan efek metabolik langsung pada kartilago. Secara mekanis obesitas dianggap meningkatkan gaya yang melintasi sendi dan karena itu menyebabkan degenerasi kartilago.
    Faktor metabolik menunjukkan adanya hormon atau mediator biologi yang berkaitan dengan dan menyebabkan osteoarthritis. Obesitas akan disertai peningkatan masa tulang subkondrium yang dapat menimbulkan kekakuan tulang sehingga tulang subkondrium menjadi tulang lentur terhadap dampak beban muatan yang akan mentransmisikan lebih besar gaya pada kartilago artikuler yang melapisi gaya di atasnya dengan demikian membuat tulang tersebut lebih rentan terhadap cidera.
    Terdapat dua perubahan morfologi utama yang mewarnai osteoartritis yaitu kerusakan fokal tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi dan tepi sendi (osteofit).    perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi telah timbul sejak awal proses patologis osteoarthritis. Perubahan tersebut berupa peningkatan aktifitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen). Hal ini menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi. Dengan adanya perubahan tersebut sifat-sifat biomekanis tulang rawan sendi akan berubah. Hal ini akan menyebabkan tulang rawan sendi rentan terhadap beban yang biasa. Permukaan tulang rawan sendi menjadi tak homogen, terbelah pecah dengan robekan-robekan dan timbul ulserasi. Tulang rawan sendi dapat hilang seluruhnya sehingga tulang dibawahnya menjadi terbuka.



F.    PHATWAY






























G.    PENATALAKSANAAN

    Tindakan Preventif
     Diet untuk menurunkan berat badan dapat menurunkan timbulnya keluhan, pencegahan cedera, pemeriksaan skrining perinatal untuk mendeteksi kelainan bawaan sendi paha, pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stress akibat pekerjaan.
    Non Surgical
a.    Program Farmakologi
Tujuannya untuk menyempurnakan perbaikan kartilago serta menunda penghancuran sendi yaitu:
-    Awalnya dapat diberikan asemtinofen dengan dosis 2,6-4 g/hari bersama-sama tindakan nonfarmakologi untuk meredakan rasa nyeri.
-    Jika pengendalian gejala sendi tidak tercapai dalam periode yang semestinya maka pemakaian NSAID harus dilakukan.
-    Melakukan penilaian ulang untuk mengurangi takaran obat.
-    Penyuntikan intra artikuler kortikosteroid untuk inflamasi akut.
-    Propoksifen HCL dan Asam salisilat juga efektif namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal.
-    Jika tidak berpengaruh atau jika terdapat tanda-tanda peradangan maka OAINS seperti fenoprofin, piroksikam, ibu profen dan sebagainya dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasanya 1/2 sampai 1/3, sedangkan dosis penuh untuk arthritis rheumatoid  karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang dan efeksamping utama adalah gangguan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.


b.    Terapi Konservatif
-    Penggunaan kompres hangat.
-    Mengontrol berat badan.
-    Mengurangi penggunaan sendi yang berlebihan.
-    Pemakaian alat-alat ostofik untuk menyangga sendi-sendi yang mengalami inflamasi.
-    Latihan isometrik dan postural.
-    Berikan dukungan sosial.
-    Pengetahuan mengenai persoalan seksual terutama pada pasien dengan osteoarthritis ditulang belakang.
    Surgical
a.    Untuk mengurangi nyeri lutut dilakukan irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroskopik, pemboran pada defek osteokondrium atau artroplusi abrasi (untuk permukaan sendi).
b.    Intervensi bedah dilakukan bagi klien dengan penyakit yang sudah stadium terminal yaitu:
-    Arthroplasti sendi (pergantian sendi).
-    Arthrodesis (sendi yang dibuat kaku dengan pembedahan).
-    Osteotomy (pemotongan dan pembuangan sebagian tulang dengan tujuan agar kedua ujung tulang yang mengalami fraktur lebih cepat dalam proses penyembuhan).
-    Reseksi (pemotongan terahdap sebagian dari suatu organ yang mengalami kelainan).


H.    Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium darah tepi, imunologi, dan cairan sendi umumnya ada kelainan, kecuali osteoarthritis yang disertai peradangan. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan penyempitan rongga sendi disertai sklerosis tepi persendian. Mungkin terjadi deformitas, osteofitosis atau pembentukan kista juksa artikuler. Kadang-kadang tampak gambaran taji (spur formation), liping pada tepi-tepi tulang dan adanya tulang-tulang yang lepas.
    Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal.



I.    Komplikasi

1.    Dislokasi.
2.    Infeksi.
3.    Tromboemboli vena.
4.    Hipotensi.
5.    Perdarahan.

J.    PemeriksaanDiagnostik

    Reaksi aglutinasi:positif
-    LED meningkat pesat.

-   protein Creaktif:positif pada masa inkubasi.

-   SDP:meningkat pada proses inflamasi

-   JDL:Menunjukkan ancaman sedang

-   Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun

-   RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.








Pengkajian

1.   Aktivitas/Istirahat
 Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.

2.   Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan padajarisebelumwarnakembalinormal.

3.  IntegritasEgo
Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasiketidakmampuan).
Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan padaoranglain.

4.   Makanan/Cairan
Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual,anoreksia.Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membranmukosa.
 

5.   Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada oranglain.

6.   Neurosensori
Kesemutan pada tangan dan kaki pembengkakan sendi.


7.   Nyeri/kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi.Rasa nyeri kronis dan kekakuan(terutama pagi hari).


8.   Keamanan
Kulit mengkilat,tegang,nodul submitaneus Lesikulit,ulkas kaki Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga Demam ringan menetap Kekeringan mata dan membran mukosa.


9.   InteraksiSosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.


10.   Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat rematik pada keluarga Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pleuritis.
.










DIAGNOSA YANG MUNGKIN TIMBUL DAN INTERVENSINYA

a.  Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi,distruksi sendi.

Intervensi:
-  Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal.

-  Beri matras/kasur keras, bantal kecil.Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan saat klien beristirahat/tidur.

-  Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatan istirahat ditempat tidur sesuai ndikasi.

-  Pantau penggunaan bantal.

-  Dorong klien untuk sering mengubah posisi.

-  Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.

-  Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.

-   Pantau suhu kompres.

-   Berikan masase yang lembut.

-   Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif sentuhan terapeutik biofeedback,visualisasi,pedoman imajinasi hipnotisdiri dan pengendalian nafas.

-   Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.

-   Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.

-   Bantu klien dengan terapi fisik.

Hasilyangdiharapkan/Kriteriaevaluasi

-   Menunjukkannyeriberkurangatauterkontrol

-    Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan
.
-   Mengikutiprogramterapi.

-    Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

b.   Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan:
Deformitas skeletal, Nyeri,ketidaknyamanan,Penurunan kekuatan otot

Intervensi
-   Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi

-   Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan

-    Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan tidur malam hari tidak terganggu.

-   Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometric jika memungkinkan

-   Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan.

-   Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet,penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat.

-   Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.

Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi

-   Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor

-   Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh

-   Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.


c.  Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan:

Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum

Peningkatan penggunaan energi,ketidakseimbangan mobilitas.

Intervensi:
-    Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.

-   Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan bagaimana pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual

-   Akui dan terima perasaan berduka,bermusuhan,ketergantungan


-  Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan. 

-   Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.

-   Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.

-   Ikut sertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.

Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi:

-   Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.

-   Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.


d.   Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan muskuloskeletal: Penurunan Kekuatan,Daya tahan,nyeri pada waktu bergerak,

Intervensi:
-   Diskusikan tingkat  fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.

-   Pertahankan mobilitas,control terhadap nyeri dan program latihan.

-   Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi rencana untuk memodifikasi lingkungan.

-   Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.

Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi:

-  Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien.

-   Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

-   Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan.

e.  Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan berhubungan dengan :
-   Proses penyakit degeneratef jangka panjang.

-   Sistem pendukung tidak adekuat.

Intervensi:
-   Kaji tingkat fungsi fisik

-   Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.

-   Tentukan sumber-sumber financial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.

-   Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan missal alat bantu mobilisasi.

Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi:

-   Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan perkembangan.

-   Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.


f. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan PerawatandanPengobatanberhubungandengan: Kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.

Intervensi;
-   Tinjau proses penyakit,prognosis dan harapan masa depan

-   Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan dan program diet seimbang,latihan dan istirahat.

-   Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan diri,pemberian obat-obatan,terapi fisik,dan manajemen stress.

-   Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakologi terapi.

-   Identifikasi efeksamping obat.

-   Diskusikan teknik menghemat energi.

-   Berikan informasi tentang alat bantu misalnya tongkat, tempat duduk, dan palang keamanan.

-    Dorong klien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada saat melakukan aktivitas.

-   Diskusikan pentingnya pemeriksaan lanjutan misalnya LED, kadar salisilat, PT.

-   Beri konseling sesuai dengan prioritas kebutuhan klien.


Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:

-   Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/prognosis dan perawatan.

-  Mengembangkan rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup  yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar