Senin, 08 Oktober 2012

fraktur


FRAKTUR FEMUR



DEFINISI

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan  pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.

Beberapa istilah yang dapat dipakai untuk menjelaskan fraktur :

a. Sudut Patah
1.    Fraktur tranfersal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
2.    Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
3.    Fraktur spiral timbul akibat torsi pada extrimitas.
b. Fraktur Multiple Pada Satu Tulang.
1.    Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah.
2.    Comunited fraktur adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang.
c. Fraktur Impikasi
1.    Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti pada satu vetebra dengan dua vetebra lainnya.
d. Fraktur Patologik
Terjadi pada daerah-daerah tulang yang menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringakali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur semacam ini adalah tumor baik primer ataupun tumor metastasis.
e.   Fraktur Beban Lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktifitas mereka baru diterima untuk berlatih dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang yang baru  memulai latihan lari.
f. Fraktur Greenstick   
Fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Kortek tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga perioteum. Fraktur ini akan akan segera sembuh dan mengalami remodeling kebentuk dan fungsi normal.
g. Fraktur Avulsi
Memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligament. Biasanya tidak ada pengobatan spesifik yang diperlukan. Namun bila diduga akan menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang taersebut.
h. Fraktur Sendi
Catatan kusus harus dibuat untuk fraktur yang melibatkan sendi, terutama apabila geometri sendi sendi terganggu secara bermakna jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan osteoatritis pasca trauma progesif pada sendi yang cedera tersebut.

Deskripsi fraktur

Angulasi dan oposisi adalah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur tulang panjang. Derajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang panjang dapat menunjukkan derajat keparahan fraktur dan tipe penatalaksanaan yang yang harus diberikan. Angulasi dijelaskan dengan memperkirakan derajat devisiasi fragmen distal dari sumbu longitudinal normal, menunjukkan apeks dari sudut tersebut. Oposisi menunjukkan tingkat tingkat pergerakan fraktur dari permukaan asalnya dan dipakai untuk menjelaskan seberapakah proporsi satu fragmen tulang yang patah menyentuh permukaan tulang fragmen yang lain.
Tingkatan fraktur
Grade I    : sakit jelas, dan sedikit kerusakan kulit
Grade II    : fraktur terbuka dan sedikit keruakan kulit
Grade III    : banyak sekali jejak kerusakan kulit, otot dan jaringan syaraf, pembuluh darah serta luka sebesar 6-8 cm.              

Fraktur terbuka dan tertutup.


Fraktur tertutup
Fraktur dimana kulit tidak ditembus fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.

Fraktur terbuka
Fraktur dimana kulit dari extrimitas yang terlibat telah di tembus. Konsep penting yang perlu diperhatiakan adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur terbuka. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat terjadinya cedera, terkontminasi, kenudian kembali hampir pada posisi semula. Pada keadaan semacam ini maka operasi untuk irigasi, debridemen dan pemberian antibiotika secara intravena mungkin diberikan untuk untuk mencegah terjadinya oateomielitis. Pada umumnya operasi irigasi dan debridemen pada fraktur terbuka harus dilakukan dalam waktu 6 jam setelah terjadinya cedera untuk mengurangi terjadinya infeksi.

ETIOLOGI

Fraktur dapat disebabkan oleh |
•    Trauma atau tenaga fisik
•    Tumor (tumor primer ataupun tumor metastase)
•    Dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya.
•    Oestoporosis, infeksi atau penyakit lain.


GAMBRAN KLINIS FRAKTUR

1.    Pada tulang traumatic dan cedera jeringan lunak biasanya disertai nyeri. Setelah terjadi patah tulang  terjadi spasme otot yang menambah rasa nyeri. Pada fraktur stress, nyeri biasanya timbul pada saat aktifitas dan hilang pada saat istirahat. Fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri.
2.    Nyeri, bengkak, dan nyeri tekan pada daerah fraktur (tenderness)
3.    Deformitas : perubahan bentuk tulang
4.    Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ektrimitas yang tidak alami.
5.    Pembengkakan disekitar fraktur akan menyebabkan proses peradangan.
6.    Hilangnya fungsi anggota badan dan persendian terdekat.
7.    Gerakan abnormal.
8.    Dapat terjadi gangguan sensasi atau rasa kesemutan, yang mengisyaratkan kerusakan syaraf. Denyut nadi dibagian distal fraktur harus utuh dan setara dengan bagian nonfraktur. Hilangnya denyut nadi sebelah distal mungkin mengisyaratkan syok kompartemen.
9.    Krepitasi suara gemeretak akibat pergeseran ujung-ujung patahan tulang satu sama lain.

Tanda-tanda  fratur pasti
1.    Deformitas
2.    Krepitasi
3.    False movement (gerakan yang tak biasa)
4.    Foto roentgen

Tanda-tanda fraktur tak pasti
1.    Odema
2.    Nyeri tekan
3.    Nyeri gerak
4.    Luka

PRINSIP PERTOLONGAN FRAKTUR

1.    Pertolongan pertama.
Kalau terjadi kodisi mengancam jiwa dengan A, B, C
Kalau terjadi perdarahan jangan sampai syok.
2.    Penanganan syok.
3.    Penilaian awal …………pemeriksaan diagnosis.

TUJUAN PENANGAN FRAKTUR

1.    Reposisi
Mengembalikan keposisi semula. Contoh : jika terjadi dislokasi dikembalikan keposisi semula. Patah tulang kurang dari 2 jam reposisi langsung tanpa anastes. Bila lebih 2 jam anastesi GA/local. Bila gagal,  deformitas ringan ….herreposisi, deformitas berat …..operasi.
2.    Imobilisasi/fiksasi
Membuat daerah fraktur tidak bergerak dengan fikisasi. Contoh : gibs, spalk.
3.    Union
Membuat sambungan tulang. Contoh : anak…….sambung 2-3 minggu, dewasa…….sambung 1-1,5 bulan.
4.    Rehabilitasi
Mengembalikan fungsinya.  

MANAGEMEN FRAKTUR TERBUKA
Penanganan  fraktur terbuka :
a.    ATS
b.    Antibiotic IV
c.    Debridement :
1.    Bersihkan kotoran
2.    Buang jaringan mati
3.    Kuret tulang kotor
4.    Irigasi NaCl 10 liter
5.    Jahit situsi
6.    Pasang imobilisasi

PERANGKAT DIAGNOSTIK

1.    Pemeriksaan sinar X dapat membuktikan fraktur tulang.
2.    Scan tulang dapat membuktikan adanya fraktur stress.
3.    arteriogram dialakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
4.    hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakana pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple. Peningkatan jumlah SDP adalah respon stress normal setelah trauma.
5.    kreatinin trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

KOMPLIKASI FRAKTUR

1.    Trauma syaraf
2.    Trauma pembuluh darah
Indikasi ischemia post trauma : pain, pulseless, parasthesia, pale, paralise → kompartemen syndrome : kumpulan gejala yang terjadi karena kerusakan akibat trauma dalam jangka waktu 6 jam pertama, kalau tidak di bersihkan maka sampai terjadi nekrose → amputasi.
3.    Koplikasi tulang :
a.    Delayed union : penyatuan tulang lambat
b.    Non unuion (tidak bisa nyambung)
c.    Mal union (salah sambung)
d.    Kekakuan sendi
e.    Nekrosis avaskuler
f.    Osteoarthritis
g.    Reflek simpatik distrofi
4.    Stress pasca trumatik
5.    Dapat timbul embolik lemak setelah patah tulang, terutama tulang panjang.

ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR

Pengkajian

1.    Riwayat keperawatan
a.    Data biografi
b.    Riwayat perkembangan
c.    Riwayat social
d.    Riwayat kesehatan yang lalu
e.    Riwayat kesehatan sekarang :

Subyektif
a.    Mengeluh/dilaporkan adanya :
b.    Nyeri/edema otot, sendi, tulang, dengan/tanpa gerak
c.    Kelemahan ekstrimitas
d.    Keterbatasan aktifitas dan gerakan
e.    Anoreksia, insomnia, frustasi, takut

Obyektif
a.    KU
b.    Tanda vital
c.    Nyeri tekan
d.    Sendi : kemerahan, bengkak, panas pada perabaan, nyeri tekan dan nyeri pada gerakan serta keterbatasan sendi gerakan sendi.
e.    Gangguan status neurovaskuler ekstrimitas (warna kulit anggota gerak yang pucat desertai perabaan dingin)
f.    Sulit bernafas
g.    Deformitas
h.    Krepitsi
i.    Kontraktur (dapat terjadi akibat spasme yang terus menerus, pasca trauma)
j.    Postur/sikap badan serta cara berjalan
k.    Luka
l.    Food – droop
m.    Pemakaian Gips, protese, kruk alat Bantu dll
n.    Alergi dll
2.    Pemeriksaan fisik
a.    Inspeksi (penampilan umum/sikap, dan bentuk tubuh, jaringan lunak/otot, kulit, tulang, dan sendi)
b.    Palpasi (sendi, tulang, kulit)
c.    Kekuatan otot
d.    Pemriksaan neurology (hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, kebas/kesemutan
3.    Pemeriksaan psikososial
4.    Pemeriksaan penunjang

Prioritas perawatan

1.    Mencegah cedera tulang/jaringan lanjut.
2.    Menghilangkan nyeri.
3.    Mencegah komplikasi
4.    Memberikan informasi tentang kondisi/prognosis dan kebutuhan pengobatan.

Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada fraktur.

1.    Trauma, resiko tinggi terhadap (tambahan) berhubungan dengan kehilangan integritas fraktur

Criteria evaluasi
Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur.
Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur.
Menunjukkan pembentukan kalus/mulai penyatuan fraktur dengan cepat.

Intevensi
Mandiri
Pertahankan tirah baring/ ekstrimitas sesuai dengan indikasi. Berikan sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak/membalik.
Letakkan papan dibawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik.

Gibs/Bebat
Sokong fraktur dengan bantal/gulungan selimut. Pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir, pembebat, gulungan tronkanter, papan kaki.
Tugaskan petugas yang cukup untuk membalik pasien.
Hindari menggunakan papan abduksi untuk membalik pasien dengan gibs spika.
Evaluasi pembebat ekstrimitas terhadap resolusi edema.

Traksi
Pertahankan integritas/posisi traksi.
Yakinkan bahwa semua klem berfungsi. Minyaki control dan periksa tali terhadap tegangan. Amankan dan tutup ikatan dengan plester perekat.
Pertahankan katrol tidak terhambat dengan beban bebas menggantung, hindari mengangakat/ menghilangkan berat.
Bantu meletakkan beban dibawah roda tempat tidur bila di indikasikan.
Kaji ulang tahanan yang mungkin timbul karena terapi.
Kaji integritas alat fiksasi eksternal.

Kolaborasi
Kaji ulang foto/evaluasi
Berikan/pertahankan stimulasi bila digunakan. 

2.    Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder terhadap fraktur.

Criteria evaluasi
Menyatakan nyeri hilang
Menunjukan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istiraht dengan tepat.
Menunjukkan keterammpilan realaksasi dan aktifitas terapeutik sesuai indikasi untuk sutuasi individual.

Intervensi
Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gibs, pembebat, traksi.
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
Hindari penggunaan sprei/bantal plastic dibawah ekstrimitas dalam gibs.
Evalulasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik, termasuk intensits(0-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/prilaku.
Dorong pasien untuk  mendiskusiakan masalah untuk mendiskusikan masalah sehubunga dengan cedera.
Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif dan aktif.
Berikan alternative tindakan kenyamanan contoh pijatan, perubahan posisi.
Dorong menggunakan teknik manajemen nyeri contoh relaksasi progresif, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi. Sentuhan terapiutik
Identifikasi aktifitas terapiutik yang tepat untuk usia pasien, kemampuan fisik dan penampilan pribadi.
Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa atau dalam, lokasi progesif/ buruk tidak hilang dengan analgesic.

Kolaborasi
Lakukan kompres dingin/es 24-28 jam pertama dan sesuai dengan keperluan.
Berikan obat sesuai dengan indikasi: narkotik dan analgesic nonnarkotik, NSID injeksi,relaksan otot. Berikan narkotik sekitar pada jamnya selama 3-5 hari.

3.    Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan kekutan otot sekunder terhadap fraktur.

Criteria evaluasi
Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin.
Mempertahankan posisi fungsional.
Penurunan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.
Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktifitas.

Intervensi
Mandiri
Kaji derajat imobilitas yang di hasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhdap imobilisasi.
Intruksikan pasien untuk /bantu dalam rentang gerak pasif ataupun aktif pada ekstrimitas yang sakit dan yang tak sakit.
Dorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai yang  tak sakit.
Berikan papan kaki yan sesuai.
Bantu/dorong perawatan diri /kebersihan (mandi, mencukur)
Berikan/bantu dalam mobilisasi dengan menggunakan korsi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin. Intruksikan keamanan pengunaan alat mobilitas.
Awasi TD dengan melakukan aktifitas. Perhatikan keluhan pusing.
Ubah posisi secara periodic.
Auskukultasi bising usus. Awsai kebiasaan eliminasi dan berikan defekasi rutin. Tempatkan pada pispot, bila mungkin, atau menggunakan bedpan fraktur. Berikan privasi.
Dorong peningkatan masukan cairan sampai 2000-3000 ml/hari, termasuk air asam/jus.
Berikan diet tinggi protein, karbohidarat, vitamin, dan mineral. Pertahankan penurunan kandungan  protein sampai setelah defekasi pertama.
Tingkatkan jumlah diet kasar. Batsi makanan pembentuk gas.

Kolaborasi
Konsul dengan ahli teraphi fisik/okupasi dan/rehabilitasi spesialis.
Lakukan progam defekasi sesuai indikasi.
   
4.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme sekunder terhadap pembedahan, alat fiksasi infasif.

Criteria evaluasi
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainage purulen atau eritema, dan demam.

Intervensi
Mandiri
Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas.
Kaji sisi pen/kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema, eritema, drainage/bau tak enak.
Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protocol dan latihan mencuci tangan.
Tutupi pada akhir gibs peritoneal dengan baik.
Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan, warna kulit kecoklatan, bau drainage yang tak enak.
Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan deangan edema local/eritema ektrimitas cedera.

Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh HDL, LED, kultur dan sensifitas luka/serum/tulang, skan radioisotope.
Berikan obat sesuai dengan indikasi, contoh antibiotic IV/topical, tetanus toksoid.
Berikan irigasi luka/tulang dan berikan sabun basah atau hangat sesuai indikasi.
5.    Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan traksi pen. 

Kriteria evaluasi
Menyatakan ketidaknyaman hilang.
Menunjukka perilaku atau teknik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Mencapai penyembuhan luka sesuai dengan waktu/penyembuhan lesi terjadi.

Intervensi
Mandiri
Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna, kelabu,memutih.
Masase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur kwring dan bebas kerutan. Tempatkan bantalan air atau bantalan lain bawah siku atu tumit sesuai indikasi
Ubah posisi dengan sering.
Kaji posisi cincin bebat pada alat traksi.

Penggunaan gips dan perawatan kulit:
Bersihkan kulit dang sabun dan air. Gosok perlahan dengan alcohol dan atau bedak dengan jumlah sedikit borat atu stearat seng.
Potong pakain dalam yang menutup area dan perlebar beberapa inci diatas gips.
Gunakan telapak tangan untuk memasang, pertahankan atau lepaskan gips, dan dukung bantal setalah pemasangan
Potong kelebihan plester dari akhir gips sesegera mungkin saat gips lengkap.
Tingkatkan pengeringan gips dengan mengangkat linen tempat tidur, memajankan pada sirkulsasi udara.
Obserfasi untuk area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah bebetan atau gips
Beri bantalan pada akhir gips dangan plester tahanan air
Bersihkan kelebihan plester pada kulit saat masih basah bila mungkin
Lindungi gips pada area prineal. Berikan perawatan sering
Masase kulit sekitar gips dangan alcohol
Balik  pasien dengan sering untuk melibatkan sisi yang taksakit dan posisi tengkurap dengan kaki pasien diats kasur.

Traksi kulit dan perawatan kulit:
Bersihkan kulit denga air saabun hangat
Berikan tintur bezoin
Gunakan plester traksi kulit memanjang pada posisi kulit.
Tandai garis dimana plester keluar sepanjang ekstremitas
Letakkan bantalan pelindung dibawah kaki dan diatas tonjolan tulang
Palpasi jaringan yang diplester tiap hari dan catat adanya nyeri tekan atau nyeri
Lepaskan traksi kulit tiap 24 jam sesuai protocol, inspeksi dan berikan perawatan kulit.

Traksi tulang dan perawatan kulit:
Tekuk ujung kawat atau tutup ujung kawat atu pen dengan karet atu gabus pelindung atau tutup jarum
Beri bantalan atau pelindung dari kulit domba,busa

Kolaborasi
Gunakan tempat tidur busa, bulu domba , bantal apung atau kasur udara sesuai indikasi
Buat gips dengan katup tunggal, katup ganda atau jendela sesuai  protocol



 

Daftar Pustaka

PRICE, Syilvia Anderson, 1995, Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, EGC Jakarta
Corwin, Elizabeth J, 2000, Buku saku patofisiologi, EGC Jakarta
Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaandan perwatan pasien, EGC Jakarta
Kustanti, Cecilya S. Kep. Ns, Materi Kuliah KMB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar