Senin, 08 Oktober 2012

SAP DDST II

SAP DDST II DAN
THERAPI BERMAIN

I.    Pokok Bahasan        : DDST II
Sub Pokok Bahasan     : DDST II pada anak usia 7-12 bulan
II.    Tujuan            : Memantau tingkat perkembangan anak
III.    Pelaksanaan
Tempat            : Ruang Laboratorium Stikes Muhammadiyah Klaten
Waktu            : Jumat, 13 Januari 2012 selama 35 menit (jam 09.30 s.d 10.05).
Sasaran            : Klien”An. R” umur  9 bulan
IV.    Metode                        :  Bermain bersama
V.    Media                          :

VI.    Pembagian tugas kelompok :
Pemandu    :
Notulis        :
Fasilitator    :
VII.    TUJUAN

A.    TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah melakukan DDST, mampu berinteraksi dengan lingkungan dan orang-orang yang berada disekitarnya.
B.    TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 
Setelah mendapatkan therapi bermain anak mampu :
1.    Dapat melanjutkan tumbuh kembang selama perawatan sehingga kelangsungan tumbuh kembang dapat berjalan.
2.    Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat.
3.    Dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stres karena penyakit atau dirawat di rumah sakit.
4.    Dapat berinteraksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain.
VIII.    Hambatan dan antisipasi
Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi :
1.     Anak lelah,
2.    Anak jenuh,
3.    Anak malu,
4.    Anak merasa takut dengan lingkungan,
Anisipasi untuk meminimalkan hambatan :
1.    Membatasi waktu bermain,
2.    Permainan bervariasi / tidak monoton, tidak pada waktu terapi,
3.    Jadwal bermain disesuaikan
4.    Terlebih dahulu memberikan penjelasan pada anak dan orang tua.
5.    Melibatkan perawat dan orang tua.

IX.    Rencana Pelaksanaan :
No    Terapis    Waktu    Subjek terapi
1    Persiapan
a.    Menyiapkan ruangan.
b.    Menyiapkan alat-alat.
c.    Menyiapkan anak dan keluarga    10 menit    Ruangan,alat,anak dan keluarga siap
2    Proses :
a.    Membuka proses terapi bermain dengan mengucapkan salam, memperkenalkan diri.
b.    Menjelaskan pada anak dan keluarga tentang tujuan dan manfaat DDST, menjelaskan cara permainan.
c.    Melakukan pelaksanaan DDST dan mengajak anak bermain
d.    Memberikan reinforcement
e.    Mengevaluasi respon anak dan keluarga.   
25 menit   
Menjawab salam,memmperkenalkan diri
Memperhatikan


Mengikuti permainan dengan antusias

Mengungkapkan perasaannya
3    Penutup (1 menit).
Menyimpulkan, mengucapkan salam
    5 menit
    Memperhatikan dan menawab salam



X.    STRATEGINPELAKSANAAN
KETERANGAN:
                    : anak
                    :alat
                    :meja
                    : pemandu
                    : fasilitator
                    : obsever dan notulis

XI.    LAMPIRAN

1.    Materi
2.    Formulir DDST
XII.    DAFTAR PUSTAKA
Wong D. (2004), Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, EGC, Jakarta.
Soetjiningsih (2001). Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.















Materi
TERAPI BERMAIN
A.    Definisi
                   Terapi bermain adalah terapi yang dilakukan pada anak sebagai salah satu bagian dalam proses pengembangan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam suatu kegiatan bermain. Bermain merupakan ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan melalui biopsiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan (Cindy Smith). Menurut Wong bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dari dirinya.
Terapi ini juga dilakukan di Rumah Sakit sebagai salah satu bagian proses pendekatan sosial dan penyembuhan pada anak yang dirawat.

B.    Penerapan Metode Terapi Bermain pada Pasien Anak 
Dalam pelaksanaan terapi bermain pada anak di ruang anak ini perawat menggunakan pendekatan bermain berdasarkan tingkat perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar.
1.    Terapi bermain pengembangan personal sosial. Terapi bermain ini diarahkan untuk mengembangkan keterampilan sosial pada anak serta mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain.
Terapi bermain personal sosial pada anak usia (1-3 tahun) dapat dilakukan seperti mengajak berkomunikasi antar perawat dengan anak, sehingga anak dapat merespon dengan positif.Contoh : Perawat S mengajak anak bermain bersama.
2.    Terapi bermain pengembangan motorik halus, terapi bermain ini diarahkan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus (pergerakan sederhana), sehingga dapat dilihat anak mengkoordinasikan dan melakukan gerakan sederhana. Sebagai contoh : anak dapat menyusun bola bersusun/kotak bersusun.
3.    Terapi bermain pengembangan bahasa
Terapi bermain ini diarahkan untuk mengembangkan proses berbicara atau berbahasa serta mengkoordinasikan bentuk-bentuk sebagai contoh : anak dapat menunjuk gambar yang diperlihatkan oleh perawat, anak dapat bermain peran dengan menggunakan media boneka.
4.    Terapi bermain pengembangan motorik kasar
Terapi bermain ini diarahkan untuk membahas proses motorik kasarnya yang meningkatkan pergerakan dan koordinasinya lebih berat dari motorik halus sebagai contoh : melempar bola, menendang bola, berlari.

BERMAIN
A.    PENGERTIAN BERMAIN
1.    MULLER
Cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dari dirinya sendiriyang tidak disadari.
2.    FOSTER
Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.
3.    CINDY SMITH
Ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan melalui bio psiko-sosial anak yang berhubungan dengan lingkungan.
4.    HURLOCK
Setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
5.    WONG
Cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dari dirinya.

B.    CIRI BERMAIN :
1.    Bermain dengan sesuatu
2.    Ada timbal balik, sifat interaksi
3.    Berkembang, tidak statis
4.    Menurut ruangan tertentu
5.    Ada aturan tertentu

C.    KLASIFIKASI BERMAIN
1.    Menurut Isinya
a.    Social Afectif Play: Anak berusaha berhubungan dengan orang lain dan belajar memberi respon.
b.    Sense of Pleasure Play: Anak mengenal obyek di dalam lingkungannya, misal mengetahui warna, sinar, rasa, bau.
c.    Skill Play : Bermain untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan melakukan secara berulang, misal : belajar bersepeda, naik tangga, dsb.
d.    Dramatic Play (Role Play) : Mengidentifikasi peran tertentu, misal peran sebagai ayah, sebagai ibu, dsb.


2.    Menurut Karakteristik Sosial
a.    Solitary Play
Anak bermain sendiri
Ada beberapa teman lain tetapi tidak bermain
Terdapat pada anak toddler
b.    Paralel Play
Kelompok anak toddler dan pra sekolah
Masing-masing anak mempunyai mainan yang sama
Tidak berinteraksi
Tidak saling tergantung
c.    Assosiative Play
Pada anak usia sekolah
Anak bermain dalam kelompok dengan aktivitas yang sama
Belum ada pembagian tugas
Satu sama lain kadang meminjamkan
d.    Cooperative Play
Anak bermain dengan jenis permainan terorganisir
Ada aturan tertentu
Pada anak usia sekolah, adolecent
Saling diskusi
Melakukan aktivitas dengan tujuan tertentu

D.    FUNGSI BERMAIN
1.    Perkembangan Sensori Motorik
Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
Meningkatkan perkembangan semua indera
Mendorong eksplorasi pada sifat fisik duniaMemberikan pelampiasan kelebihan energi
2.    Perkembangan Intelektual
Memberikan sumber-sumber yang beranekagaram untuk pembelajaran
Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna
Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
Kesempatan untuk mempraktikkan dan memperluas keterampilan berbahasa
Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimilasinya ke dalam persepsi dan hubungan baru
Membantu anak memahami dunia di mana mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realita
3.    Perkembangan Sosialisasi dan Moral
Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks
Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan
Mengembangkan keterampilan sosial
Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain
Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui dan standar moral
4.    Perkembangan Kreativitas
Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif
Memungkinkan fantasi dan imajinasi
Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
5.    Perkembangan Kesadaran Diri
Memudahkan perkembangan identitas diri
Mendorong pengaturan perilaku sendiri
Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
Memberikan perbandingan antara kemampuan sendiri dan kemampuan orang lain
Memungkinkan kesempatan untukbelajar bagaimana perilaku sendiri dapat mempengaruhi orang lain
6.    Fungsi Terapeutik
Memberikan pelepasan stres dan ketegangan
Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima
Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang aman
Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan nonverbal tentang kebutuhan, rasa takut, dan keinginan
7.    Perkembangan Komunikasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain :
1.    Tahap perkembangan
2.    Perkembangan motorik
3.    Status kesehatan
4.    Jenis kelamin
5.    Lingkungan
6.    Intelegensi
7.    Status sosial ekonomi
8.    Jumlah waktu bebas
9.    Alat permainan
KEUNTUNGAN BERMAIN:
1.    Membuang ekstra energi
2.    Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti:tulang,otot dan organ-organ.
3.    Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4.    Anak belajar mengontrol diri.
5.    Berkembangnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
6.    Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
7.    Meningkatkan daya kreatifitas.

MACAM BERMAIN
1.    Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a.    Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b.    Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c.    Bermain drama (Dramatic Play)
Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.
d.    Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.

2.    Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan  mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
1.    Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
2.    Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
3.     Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
4.    Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll.

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN
1.    Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2.    Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3.    Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk.
4.    Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain.
5.    Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
Karakteristik bermain sesuai dengan tahap perkembangan :
1.    Bayi (6-9 bulan)
•    Visual
Berikan mainan warna-warni yang bergerak, permainan ciluk-baa, beri kertas untuk dirobek-robek.
•    Auditory
Ajarkan tepuk tangan, beri perintah sederhan, panggil namanya, mama, papa, ibu, dan nama bagian tubuh.
•    Tactile
Beri mainan dengan berbagai teksture dan ukuran, main air mengalir dan berenang.
•    Kinetic
Gunakan baby walker, kereta dorong, letakkan mainan agak jauh dan anak disuruh ambil.
2.    Bayi (9-12 bulan)
•    Visual
Perlihatkan gambar dalam buku, ajar ke berbagai tempat misalnya taman, tunjuk bangunan yang agak jauh
•    Auditory
Tunjukkan bagian tubuh dan sebut namanya, kenalkan suara binatang
•    Tactile
Beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan benda dingin atau panas
•    Kinetic
Beri mainan yang dapat ditarik dan didorong

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1997).

Perkembangan Menurut Denver II
Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.Aspek Perkembangan yang dinilai. Terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas

Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:
3-6 bulan
9-12 bulan
18-24 bulan
3 tahun
4 tahun
5 tahun
Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
Penilaian
Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).




Interpretasi dari nilai Denver II

Advanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut)
OK
Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75
Caution
Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90
Delay
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu
Interpretasi tes
Normal
Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan
Suspect
Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan
Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%

EVALUASI
Peserta terapi bermain mampu:
1.    Mampu bermain dengan baik
2.    Dapat bermain dengan bola
3.    Aktif dalam permainan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar